Komoditas itu juga yang paling banyak diekspor ke China dengan pangsa 29,48% pada akhir tahun lalu.
Ketua Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus Siswa Putra mengatakan produk ikan dan udang yang diekspor ke China paling banyak adalah cumi karena hampir seluruh tangkapan cumi nelayan Bali dikirim ke China.
Menurutnya, ekspor cumi ke China hingga saat ini masih menguntungkan. Hal inilah yang menyebabkan makin meningkatnya nilai ekspor ke negara ini. Mulai dari regulasi hingga harga dinilainya sangat kompetitif, sehingga ekspor cumi ke China memberikan keuntungan yang cukup tinggi bagi nelayan di Bali. “China itu cukup bagus harganya dan regulasinya juga bisa dipenuhi,” ujarnya, Kamis (1/2).
Menurut dia, selain mengekspor cumi ke China, pihaknya juga tetap mengirim hasil tangkapan tuna ke negari tirai bambu ini. Namun, jumlahnya tidak sebesar yang diekspor ke Jepang. Hingga saat ini, Jepang masih menjadi negara tujuan ekspor udang terbesar bagi Bali.
“Kalau penjualan Tuna kita lihat untung tergantung harga yang dilelang, sementara kalau cumi biasanya dibeli dengan fixed price jadi kami pasti dapat untung.”
Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat nilai ekspor tujuan China memang meningkat 61,71% pada Desember 2017 dibanding bulan sebelumnya menjadi sebesar US$ 2,108 juta. Dengan peningkatan ini, ikut mempengaruhi nilai ekspor keseluruhan Bali yang pada Desember 2017 mencapai US$47,22 juta.
Leave a Reply